Cukup Sampai Angkatan Kami Saja

PBAK 2019

Peace, smart and creative, bangge lah! Itulah jargoan yang pasti setiap maba iain pontinanak 2019 hafal diluar kepala. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi tentang berbagai pengalaman yang saya dapatkan selama mengikuti PBAK 2019. Sebelumnya, perlu kalian ketahui bahwa saya akan berbicara blak-blakan mengenai apa-apa saja yang maba alami dan dapatkan selama mengikuti pbak 2019 dan mungkin akan sedikit terdengar aneh akan tetapi hal itulah yang saya rasakan dan saya dapatkan selama mengikuti PBAK 2019. 

Hal pertama yang akan aku bahas adalah kekonyolan. Mengapa konyol? Pbak 2019 mewajibkan maba untuk datang jam 5 subuh yang mana mungkin panitia-panitianya pura-pura amnesia bahwa dalam syariat islam ada yang namanya kewajiban menunaikan sholat subuh, belum lagi kami dibebankan untuk mencari sandi makan yang sebetulnya hal itu sudah merepotkan para maba sehingga terkadang saya merasa kasihan kepada beberapa orang tua maba yang juga ikut mencarikan sandi makan untuk anaknya hingga harus kelyar rumah jam 3 subuh. 

Satu lagi, IAIN merupakan kampus islam, tapi mengapa bisa mereka membuat statemen seperti itu sehingga kami-kami rela bangun jam 3 subuh hanya untuk mecari sandi makan sementara ada hal yang lebih utama untuk kami lakukan taitu sholat tahajud. Dan yang lebih anehnya lagi, ada maba yang sampai tidak sholat subuh gara gara takut terlambat pergi ke kampus yang mana dari pihak panitia juga tidak memberikan waktu kepada maba untuk sholat subuh setiba mereka dikampus, malah mereka menyuruh maba nya untuk berbaris hibgga jam 8 pagi yang menandakan bahwa kesempatan mereka untuk sholat subuh sudah tidak ada lagi. Apa panitia ini tidak takut sama Allah sehingga dengan mudahnya mereka menyuruh maba untuk berbaris dari jam 5 subuh sampai jam 8 pagi tanoa memberi mereka waktu untuk melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu. Ironis sekali!. 

Hal-hal lain yang lebih konyol adalah maba diwajibkan menginal dengan alasan tidak ingin maba nengalami kecelakaan pada saat pergi kekampus. Saya pribadi tidak keberatan dengan peraturan ini. Akan tetapi, pihak kampus sendiri ternyata tidak siap untuk menyediakan fasilitas untuk maba seberti air yang masih sangat, sangat terbatas. Sehingga hal bodoh lainnya yang harus dialami oleh maba adalah ada yang tidak mandi selama 3 hari dikarenakan tidak kebagian air serta ada yang sampai menahan buang air kecil seharian dikarenakan banyak WC nya yang tidak ada air. Apa pihak institus mau membiayai operasi batu ginjal jika sampai ada maba yang terkena penyakit kencing batu gara gara menahan buang air kecil dikarenakan air yang disediakan terbatas? dan alasan konyol lainnya untuk mewajibkan maba menginap adalah karena tahun lalu ada maba yang mengalami kecelakaan pada saat mau pergi kekampus. 

Dalam hal ini, saya sangat setuju jika pihak kampus harus disalakahkan. kenapa? karena peraturan yang mewajibkan maba harus tiba dikampus pada jam 5 subuh sehingga tidak menutup kemungkinan bagi para maba untuk kebut-kebut dijalan, balum lagi untuk mencari sandi makan. akan tetapi, apakah tidak ada solusi lain selain menginap? orang bodoh pun pasti akan memberikan solusi yang lebih baik yaitu jam masuk nya diundurkan, kenapa jam masukknya tidak jam 9 atau jam 10 pagi aja? wong ini cuma PBAK, bukan perpeloncoan. Jika jam masuk nya jam 9 atau jam 10, para maba tidak akan kebut-kebutan dan tidak akan tergesa-gesa untuk pergi kekampus, sehingga hal hal yang dikhawatirkan seperti kecelakaan mungkin tidak akan terjadi. selain itu mereka juga akan mempunyai waktu untuk sarapan dulu dirumah atau dikosan mereka serta mereka juga bisa sholat duha terlebih dahulu yang mana hal ini lebih mencerminkan indahnya ajaran islam. 

Mungkin tulisan saya ini berbeda dengna tulisan dari maba yang lain yang mungkin menurut mereka PBAK itu seru, asyik, mengajarkan kebersaman, dan bla bla bla. Akan tetapi saya ingin mengulasnya dari sisi yang berbeda yang benar-benar terjadi secara realita dan terang-terangan serta memaparkan secara objektif. Hal konyol lainnya adalah para maba harus duduk kurang lebih 12-14 jam seghari  untuk mendengarkan kicauan-kicauan dan nyanyian nyanyian dari para kating. 

Sekali lagi, apa pihak panitia mau membiayai operasi jika sampai ada maba terekena penyakit wasir gara-gara harus duduk selama 12 jam sehari? mungkin hal-hal seperti inilah yang menbuat sistem pendidikan indonesia belum maju. Sejatinya, PBAK atau PKKMB tetaplah seperi OSPEK, yaitu momen yang dijadikan oleh kating untuk balas dendam kepada maba dengan dalih "kami dulu lebih berat dek!" apa mereka tidak pernah mengenyam pendidikan karakter sementara mereka kuliah di kampus islam yang notabenenya seharunya lebih bisa bersikap lembut dan bijaksana serta santun dan lebih mendahulukan adab ketimbang nafsu dan rasa dendam mereka? . 

Saya pribadi malah menginginkan maba ditahun depan tidak mengalami apa yang saya alami. Saya menginginkan mereka mendaptkan yang lebih baik dan layak. Saya ingin mereka bisa sholat subuh sebelum berangkat ke kampus, saya ingin mereka bisa sarapan dirumah/kost mereka dulu. saya ingin mereka bisa melaksanakan sholat duha serta saya tidak ingin mereka harus menahan kencing selama seharian dan saya benar-benar tidak ingin mereka harus duduk selama 12 jam sehari yang mana akan membuat tulang pinggang mereka terasa remuk. 

Saya pernah memberi saran kepada salah satu panitia agar bisa menghilangkan tradisi balas dendam tersebut, akan tetapi mereke malah menganggap bahwa kami adalah mahasiswa lemah, serta ada pihak yang menganggap bahwa hal tersebut bisa melatih mental. pertanyaan saya adalah, memangnya mental bisa dibentuk hanya dalam waktu 3 sampai 4 hari? bagaimana dengan mahasiswa-mahasiswa yang sudah semester akhir namu tidak bisa menyelesaikan kuliah mereka tepat waktu? padahal pastinya mereka sudah ikut OSPEK/PBAK/PKKM. kenapa mental mereka belum terbentuk sehingga mereka masih lalai dalam mengerjakan tugas? bukankah itu sudah menandakan bahwa OSPEK/PBAK/PKKM tidak ada kaitannya denga melatih mental?. Saya pribadi menginginkan semoga kedepannya tidak ada lagi hal-hal seperi ini disemua perguruan tinggi di Indonesia.

Komentar